Siapakah Yang Seharusnya Lebih Siap Pakai Itu?
"Mereka tidak siap pakai!" Begitulah komentar paling populer tentang kualitas lulusan perguruan tinggi kita.
Lucu juga. Karena jika menengok kebelakang ketika kita masih lucu seperti mereka dan melamar kesana kemari sehabis wisuda; kita tidak berbeda jauh dari mereka.
Kita sering tidak menyadari bahwa kematangan yang saat ini kita miliki merupakan hasil dari tempaan yang dijalani setiap hari.
Dia diberi nama `pengalaman' . Dan pengalaman tidak bisa dipelajari dengan membaca buku atau duduk dibangku kuliah.
Lebih dari itu `siap pakai' bukanlah monopoli mereka yang baru masuk kerja.
Kita yang sudah lama bekerja pun belum tentu `siap pakai'. Meskipun terdengar agak janggal, namun relevan dengan situasi aktual keseharian kita.
Jangan-jangan orang-orang yang mengaku kompeten seperti kita ini jauh lebih `tidak siap pakai'-nya dibanding mereka?
"Lho, bisa masuk ke kampus itu saja sudah membuktikan dia bagus," sahut saya ketika seorang teman mengeluhkan kualitas adik-adik kelas dikampusnya.
Äpalagi dengan IP yang bagus, tentu mereka adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan."
Ïya, tapi mereka nggak siap pakai." balasnya.
"Maksudmu tidak siap pakai didunia kerja?"
"Ya iyyalaaaaah. .." geramnya. "Maasak ya iyyaaa dddong!"
"Apakah saat ini elo sudah merasa `siap pakai'?" pertanyaan saya membuatnya gelisah.
"Maksud loooh?"
Kita tahu bahwa hidup kita terdiri dari berbagai tahapan. Masa dalam kandungan, kita nggak perlu report-repot.
Masa kecil, kita bermain. Masa sekolah kita mesti belajar. Selanjutnya memasuki dunia kerja.
Setiap kali kita memasuki babak baru dalam hidup kita, pastilah ada gap antara kemampuan fisikal dan intelektual kita dengan tuntutan hidup dalam setiap jenjang.
Tidak aneh, bukan?
Tidak siap pakai. Ini sama sekali bukanlah monopoli para lulusan baru.
Orang-orang yang sudah bekerja lama pun sangat banyak yang tidak siap pakai.
Itu jika kita tidak bisa mengatakan hampir semua pegawai begitu. Artinya, bisa jadi, kita yang mengaku kawakanpun bisa jadi tidak siap pakai.
"Maksud loooh?"
Sekurang-kurangnya, ada dua situasi yang membuktikan bahwa kita sering `tidak siap pakai'.
Misalnya, ketika perusahaan kita sedang mencari pengganti boss yang pensiun.
Dalam banyak situasi, perusahaan harus bersusah payah mencari orang yang layak untuk menggantikan perannya menduduki jabatan itu.
Tidak jarang akhirnya perusahaan harus merekerut orang dari luar. Mengapa harus begitu?
Karena, kita yang berada didalam organisasi ini `dinilai' belum memenuhi kualifikasi yang memadai untuk menggantikan boss yang pensiun itu.
Anda boleh saja mengemukakan seribu alasan. Namun, pada kenyataannya; peristiwa seperti ini lazim terjadi dilingkungan kita, bukan?
Jika demikian, bolehkah kita menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengaku `siap pakai' seperti kita ini juga ternyata `tidak siap pakai' jika dihadapkan pada tantangan yang lebih tinggi?
Sama seperti kepada adik-adik yang baru lulus kuliah itu. Kita mencap mereka `tidak siap pakai'.
Pada saat yang sama perusahaan juga menganggap kita tidak siap pakai untuk peran, tugas dan tanggungjawab yang lebih besar. Apa bedanya?
Itu yang pertama.Yang kedua? Jika kita percaya bahwa kehidupan manusia itu terdiri dari berbagai tingkatan, maka tentu kita sepakat bahwa `memasuki dunia kerja' bukanlah tingkatan terakhir dalam hidup kita.
Sebab, setelah `masa bekerja' kita tuntas, maka kita memasuki tahapan kehidupan berikutnya, yang biasa kita sebut sebagai masa purna tugas. Alias pensiun.
Itulah sebabnya kita mengenal istilah `post power syndrome'.
Ini tidak semata soal apakah sebelumnya kita memegang kekuasaan besar atau tidak.
Sebab, orang-orang pensiunan yang tidak memegang jabatan tinggi pun banyak mengalami sindrom yang sama.
Ini menunjukkan bahwa kita `tidak siap pakai'didunia pasca kerja.
Mungkin kita tidak mengalami sindrom separah itu.
Tapi, tidak berarti bahwa kita sudah benar-benar siap untuk menghadap masa `setelah dunia kerja itu'.
Coba jawab pertanyaan ini; setelah pensiun, apa yang akan saya lakukan?
Jika kita masih belum memiliki gambaran yang jelas mengenai hal itu, maka kita juga `belum siap pakai'.
Boleh saja kalau anda mau berkilah bahwa pensiun itu masih lama.
Tapi, siapa yang menjamin bahwa anda tidak akan diberhentikan ditengah jalan?
Bukankah semua orang yang terkena PHK tidak pernah membayangkan hal itu akan menimpa dirinya?
Lha, jika itu terjadi kepada anda, maka itu berarti anda harus segera memasuki dunia yang berbeda.
Sudah siap pakaikah anda didunia baru itu?
`Siap pakai' seyogyanya menjadi kata kunci bagi siapa saja.
Hal itu muncul dari sebuah pertanyaan mendasar yang berbunyi;"Sudah sejauh mana saya mempersiapkan diri untuk memasuki babak berikutnya dalam kehidupan ini?".
Anda tahu bahwa semakin baik persiapan yang dilakukan, semakin baik pula gambaran dimasa depan.
Kepada adik-adik yang masih duduk dibangku kuliah kita menasihatkan; belajar yang baik. Berlatih organisasi. Jangan cuma terpaku kepada text book.
Kalian harus juga mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
Kita sendiripun membutuhkan nasihat seperti itu.
Supaya, kita bisa menjadi manusia yang siap pakai, ketika kita memasuki babak baru kehidupan kita.
Dan ketika kita sudah menjadi manusia yang `siap pakai' itu, maka apapun yang akan terjadi esok atau lusa; kita tidak perlu mengkhawatirkannya.
Sebab, kita sudah `siap' untuk menjalaninya. Sudah siap pakai-kah anda?
Catatan Kaki:
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari.
Namun, jika kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya, mungkin kita bisa menjalaninya dengan lebih baik.
Sori gan repost dari kaskus..
Sabtu, 20 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar